Selasa, 26 Februari 2008

Membina Kaum Muda


MEMBINA KAUM MUDA : MEREVOLUSI DUNIA

Pada suatu sore di hari akhir pekan, saya ngobrol dengan tetangga sambil minum teh poci yang disajikan oleh istri. Ketika ngobrol dengan tetangga yang satu ini, saya selalu siap untuk tidak sekedar ngobrol ngalor ngidul, ngerumpi, bahkan ngrasani. Ia orang yang penuh semangat terhadap hal-hal yang aktual. Tetapi hal ini lebih baik daripada sekedar ngarasani dan metani tetangga, atau orang yang di rumah.

Obrolan sore ini dibuka dengan memaknai bulan yang sedang berjalan. Bulan Oktober, satu bulan selepas Idul Fitri 2007 yang akhirnya dengan semangat ia bertanya pada saya” Mas, sampeyan tahu mengapa penting bagi kita untuk memperhatikan kaum muda?” Wah arahnya agak ke Peringatan Sumpah Pemuda ini, pikir saya. Ia melanjutkan” Karena anak mudalah yang paling berperan dalam membuat perubahan. Lihat Mas, Boedi Oetomo, Soempah Pemoeda, Proklamasi Kemerdekaan, Orde Baru, Malari, Reformasi, tapi juga lihat mas, Kerusuhan Poso, Bom Bali I dan II , Bom Kedubes Australia, Bom JW Marriot, dan aneka amuk masa yang di mulai pada peristiwa Mei 98. Siapa yang paling kelihatan berperan sekaligus menjadi korban? Anak Muda Mas. ”Sampeyan tahu umur berapa Soetomo dan kawan-kawan mendirikan organisasi intelektual Pribumi, apakah sudah 40-an ke atas. Umur berapa Moehammad Jamin, dkk ketika berikrar untuk mengaku bahwa meskipun berbeda rambut, bentuk hidung, bahasa, rasa makanan, tetap saja mereka satu saudara , sak bongso, sak boso, lan sak tanah wutah rah. Seperti mas ingat seorang yang bagi saya sangat revolusioner terhadap hidup dan hidupnya sendiri dan mati muda seperti yang tertulis dalam puisinya: Aku mati muda
Tinggal tulang diliputi debu”
”Berapa umur Wikana dkk. Yang menculik Soekarno dan Hatta ke Rengas Dengklok dan memaksa Dwi Tunggal yang merupakan FoundingFathers ini membacakan teks proklamasi kemerdekaan RI?. Berapa umur Soe Hok Gie, Akbar Tanjung, Cosma Batubara dalam bergelut untuk perubahan sosial politik tahun 60-an? Mereka masih muda. Semuda Hariman Siregar (Malari), Elang (Korban Trisakti) dan masih banyak lagi. Apakah Mas melihat foto Nelson Mandela sebelum dipenjara sudah beruaban? Atau Che Guiveara sudah berkacamta tebal dengan tongkat ”

Setelah selesai ngobrol karena dari Musholla sebelah sudah terdengan Adzan Mahrib, maka di sela-sela mendampingi anak belajar saya berpikir dan mencoba menyimpulkan apa yang hendak dikatakan oleh tetangga tadi, bahwa segala perubahan dalam tatanan kehidupan dan sosial ini dimotori oleh anak muda. Kaum mudalah yang berani mendobrak segala yang terjadi. Mereka gelisah dengan situasi, apalagi dalam kemapapan dan kemandegan. Kemapanan yang status Quo dan kemandegan yang Chaous. Kaum tua terlanjur nyaman dengan kemapanan dan cenderung diam ketika ada kemandegan. Sedangkan kaum muda yang penuh energi dan didorong oleh keingginana karakteristik yang dalam proses pencarian tidak bisa diam dengan kamapanan dan kemandegan.
Dalam perspektif Sumber Daya, kaum muda adalah Aset Sumber Daya Manusia (SDM) yang perlu diselamatkan kalau tidak dikatakan dibiarkan tidak tergali. Kaum muda inilah yang merupakan pewaris sah dari peradaban ini. Sesuai dengan siklus kehidupan ini bahwa yang tua akan segera mati untuk digantikan oleh yang muda. Dalam kerangka peran peradaban yang tua biarlah lengser keprabon untuk digantikan oleh kaum muda. Intinya kaum muda inilah calon pemimpin peradaban. Dalam kerangka ke-Indonesiaan- kaum muda adalah calon pemimpin bangsa ini, calon pemimpin republik ini. Pejabat tua yang sulit atau tidak berani berubah akan digantikan dengan new comer yang freshgraduate. Kalau boleh dikatakan secara ekstrem kaum muda ini belum terkontaminasi oleh perilaku penyimpangan jabatan dengan menikmati jabatan sebagai penumpukan kekayaan dalam wujud Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
Persoalannya adalah, bagaimana merespon energi yang menggelegak tersebut sehingga lebih bermanfaat dalam membangun perubahan yang baik? Atau bagaimana memunculkan potensi dan motivasi terpendam karena kurangnya keberanian dan kemampuan dalam memotori sebuah perubahan.Anak muda perlu didampingi. Pendampingan ini dimaksudkan untuk menunjukkan arah, tidak untuk mengatur dan juga untuk membantu proses penggalian potensi dan motivasi yang terpendam dari diri kaum muda.
Pendampingan anak muda diperlukan sebuah upaya keomprehensif sehingga tidak terjebak pada upaya pengkaderan atau motivasi lain yang terkadang bukan apa yang bermanfaat atau yang menjadi keingginan anak muda. Komprehensif yang dimaksud di sini adalah menyangkut sebuah arah pendampingan , pelaksana pendampingan , dan follow up dari pendampingan tersebut.
Arah pendampingan menyangkut beberapa pertanyaan: hendak kemana bangsa yang mejemuk ini ini dibawa? Pemimpin masa depan seperti apa yang akan memimpin bangsa yang mejemuk, baik suku, agama, adat budaya, bahwa tingkat kerentanan dan kekuatan dalam mengikuti perubahan Zaman ini. Apakah arah pembinaan adalah menggali dan memotivasi pemimpin yang hanya mementingkan golongan dan kelompoknya, sehingga menjadi puritan yang membuka peluang terjadinya konflik horisontal. Pemimpin yang memayungi atau berteduh dalam budaya komunal sehingga membuka mata telinga bagi mayoritas suku, agama, golongan, ekonomi, sosial sekaligus menutup mata dan telinga terhadap minoritas?

Pelaksana pendampingan menyangkut bentuk pendampingan , jalur pendampingan , dan teknis pendampingan. Bentuk pendampingan dapat diartikan dalam hal konseling dan pelatihan. Jalur pendampingan berkaitan dengan jalan masuk artrinya jalur formal ataupun nonformal. Teknis pendampingan sudah pada taraf operasional pendampingan.
Kelemahan pendampingan saat ini adalah tidak adanya arah yang jelas, hendak dibawa kemana kaum muda ini? kalau toh jelas lebih berkaitan dengan garis kebijakan dan arah kelompok/organisasi tersebut. Lebih klasikal, sehingga pendampingan lebih pada kaderisasi. Padahal yang terpenting adalah membantu menggali potensi, mengembangkan, dan memanfaatkan potensi diri demi diri sendiri dan orang lain (man/woman for others). Kepentingan kelompok/organisasi/golongan/bahkan negara tidak akan bias sepanjang kaum muda berkembang karakternya.
Educatio Puerorum Ets Reformatio Mundi: Mendidik kaum muda adalah merevolusi dunia.


Cisarua, 21 Februari 2008

Jumat, 15 Februari 2008

Makna Cengkir Gading

Cengkir adalah buah kelapa yang masih muda. Gading adalah jenis kelapa berwarna kuning dan pohonnya tidak terlalu tinggi. Jadi Cengkir Gading adalah buah kelapa kuning yang masih muda dengan pohon yang tidak terlalu tinggi. Bentuk buah dari jenis kelapa ini bulat, tidak terlalu besar memang. Dan dalam masyarakat Jawa sering digunakan dalam sebagai hiasan simbolik di gapura atau pintu masuk tempat resepsi pernikahan.
Bahwa Blog ini bernama CENGKIR GADING dimaksudkan sebagai sebuah simbol bahwa kaum muda adalah sebuah cengkir yang bentuknya bulat, jujur, polos, belum terimbas oleh pamrih yang bisa membuat satu semangat tidak lagi bulat. Pada masanya kaum muda adalah pewaris sah dari kehidupan ini. Rasanya manis memang, dan kita harus terpanggil untuk menjaga kebulatan dan energi kaum muda yang meskipun tidak menjulang tinggi tetapi tetap membumi dan berguna.