Sabtu, 21 Februari 2009

BUDAYA KOMUNAL: GENG REMAJA(SISWA)

Beberapa waktu lalu, kita dengar munculnya kelompok-kelompok (sebut gang) di sekolah-sekolah.Menjadi menarik karena kelompok-kelompom tersebut beraktivitas dengan hal-hal yang tidak berhubungan dengan kegiatan pendidikan. Menjadi menarik lagi karena ada tradisi dari kelompok tersebut dalam rekrutmen anggota maupun dalam membela kelompoknya terhadap"gangguan" orang atau kelompok diluar gang tersebut. DiPati Jawa Tengah bahkan gang yang biasanya keanggotaannya didominasi kaum adam, di kota kecil ini anggotanya justru kaum Hawa.
Tradisi menarik itu adalah adanya unsur kekerasan yang mewarnai rekrutmen atau dalam gerak langkah kelompok ini, baik secara fisik maupun psikologis, kaum hawa lagi. Logika sederhanya geng kaum hawa saja seperti itu,yang kuat secara fisik maupun psikologis (nyalinya gede)lah yang berkuasa, sedangkan sebaliknya yan glemah secara fisik maupun psikolgis tetap tertindas. Kualitas seorang anggota di sini adalah perangkat kerasnya (hardcompetence) bukan otak atau kepribadian (softcompetence).Pertanyaannya ada apa ini Remaja/Kaum Muda Indonesia.
Buidaya komunal rupanya memengejwantahkan bukan dalam kebersamaam membangun komunitas yang menyejahterakan tetapi adalah terpahami sebagai kelompok jika anggotanya banyak menjadi kuat, dan kualitas seseorang tidak diukur dari jati diri pribadi tetapi lebih pada kelompok. Indikator yang tampak jelas sering terlihat kalau di jalan raya terlihat kelompok -kelompok yan gdalam jumlah banyak berkonvoi, entah itu rombongan pelayat yang mengiring jenasah menuju pemakaman, komunitas kendaraan bermotor, rombongan sporter sepakbola dan sebagainya. Meskipun tidak selalu dan mungkin hanya oknum, ketika kelompok-kelompok sedang melakukan konvoi ada saja yan gberulah atau berlagak sebagai penguasa jalan itu, entah dengan cara mengendarai, mencegat pengendara lain, memaksa pengendara yang bukan kelompoknya minggir, bahkan di Bandiung kelompok motor tertentu menyerang dan merusak kendaraan lain hany karena masalah sepele. tetapi pertanyaan lanjut, jika tidak bersama kelompok dan sedang show of force, apakah mereka juga akan sperti itu. Karena tampak dalam tindakan kelompom itu bukan mencerminkan karakter asli masing-masing anggota tetapi lebih merupakan aktualisasi kelompok dan bernyali karena bersama orang banyak.
Apakah itu wajah Indonesia dengan budaya timur, yang ramah, manusiwi,