Jumat, 01 Oktober 2010

Sabtu, 21 Februari 2009

BUDAYA KOMUNAL: GENG REMAJA(SISWA)

Beberapa waktu lalu, kita dengar munculnya kelompok-kelompok (sebut gang) di sekolah-sekolah.Menjadi menarik karena kelompok-kelompom tersebut beraktivitas dengan hal-hal yang tidak berhubungan dengan kegiatan pendidikan. Menjadi menarik lagi karena ada tradisi dari kelompok tersebut dalam rekrutmen anggota maupun dalam membela kelompoknya terhadap"gangguan" orang atau kelompok diluar gang tersebut. DiPati Jawa Tengah bahkan gang yang biasanya keanggotaannya didominasi kaum adam, di kota kecil ini anggotanya justru kaum Hawa.
Tradisi menarik itu adalah adanya unsur kekerasan yang mewarnai rekrutmen atau dalam gerak langkah kelompok ini, baik secara fisik maupun psikologis, kaum hawa lagi. Logika sederhanya geng kaum hawa saja seperti itu,yang kuat secara fisik maupun psikologis (nyalinya gede)lah yang berkuasa, sedangkan sebaliknya yan glemah secara fisik maupun psikolgis tetap tertindas. Kualitas seorang anggota di sini adalah perangkat kerasnya (hardcompetence) bukan otak atau kepribadian (softcompetence).Pertanyaannya ada apa ini Remaja/Kaum Muda Indonesia.
Buidaya komunal rupanya memengejwantahkan bukan dalam kebersamaam membangun komunitas yang menyejahterakan tetapi adalah terpahami sebagai kelompok jika anggotanya banyak menjadi kuat, dan kualitas seseorang tidak diukur dari jati diri pribadi tetapi lebih pada kelompok. Indikator yang tampak jelas sering terlihat kalau di jalan raya terlihat kelompok -kelompok yan gdalam jumlah banyak berkonvoi, entah itu rombongan pelayat yang mengiring jenasah menuju pemakaman, komunitas kendaraan bermotor, rombongan sporter sepakbola dan sebagainya. Meskipun tidak selalu dan mungkin hanya oknum, ketika kelompok-kelompok sedang melakukan konvoi ada saja yan gberulah atau berlagak sebagai penguasa jalan itu, entah dengan cara mengendarai, mencegat pengendara lain, memaksa pengendara yang bukan kelompoknya minggir, bahkan di Bandiung kelompok motor tertentu menyerang dan merusak kendaraan lain hany karena masalah sepele. tetapi pertanyaan lanjut, jika tidak bersama kelompok dan sedang show of force, apakah mereka juga akan sperti itu. Karena tampak dalam tindakan kelompom itu bukan mencerminkan karakter asli masing-masing anggota tetapi lebih merupakan aktualisasi kelompok dan bernyali karena bersama orang banyak.
Apakah itu wajah Indonesia dengan budaya timur, yang ramah, manusiwi,

Senin, 24 November 2008

KEPEDULIAN KAUM MUDA KATOLIK TERHADAP MASYARAKAT

Dalam sebuah pendampingan, salah seorang peserta mengajukan pertanyaan kepada saya"kegiatan konkret apa yang bisa kita lakukan untuk masyarakat kita?" Pertanyaan ini terkesan sangat sederhana, tidak konseptual,dan seperti mendesak kepada saya untuk tidak banyak berteori dalam mewujudkan peran kaum muda bagi masyarakat.
Kemudian saya balik bertanya, Masyarakat atau lingkungan macam apa yang Anda idelkan? Atau apa yang Anda punya yang bisa Anda berikan kepada masyarakat yang paling dekat dengan hidup Anda.?
Rupanya ia terpancing dengan pertanyaan saya tadi, dan ia menceritakan panjang lebar tentang tatanan masyarajat yang ia idealkan. Masyarakat yang adil makmur, Masyarakat yang berkesejahteraan dengan tingkat pendidikan tinggi, kesehatan terjamin, lingkungan bersih,indah, ekonomi mapan, kesadaran plotik tinggi. pertanyaan balik kedua ia agak lama menjawab dan akhirnya bilang.... "kepedulian".
jawaban seorang peserta tersebut cukup menarik karena berdampak pada sebuah refleksi tentang apa yang dapat dilakukan OMK untuk tidak dikatakan berkutat di dalam.Selama ini dipahamai bahwa kegiatan OMK masih berkutat pada urusan lingkaran sendiri, meskipun ini juga penting dan tetap layak dilakukan,seperti latihan koor, ziarah ke gua Maria,latihan tablo untuk event paskah dan Natal. Namun tampaknya OMK harus berani keluar dari lingkarannya dengan kesadaran bahwa banyak hal dapat dilakukan sebagai bagian dari masyarakat.Dan, roh dari kesadaran dan hendak berbuata sesuatu adalah kepedulian. Mundulnya kepedulian berawal dari kebiasaan dan pembiasaan untuk olah kepekaan akan sesuatu yang terjadi dalam masyarakat. Nah, persoalannya adalah bagaimana kemasan kegiatan OMK agar kepekaaan semakin tajam,dan ketajaman itu direalisasikan dalam aksi nyata.
Ungkapan Mgr. Soegjopranoto tentang menjadi Katolik dan Indonesia 100% tidak dipungkiri adalah perpaduan dari iman sekaligus kepedulian sebagai warga negara.IJ Kasimo, Harry Tjan Silalahi,Rm. Mangun. Rm. Sandyawan, dan masih banyak lagi saya kira tidak lepas dari hasil kepekaan dan memunculkan sebuah kepekaan, apa yang akan saya perbuat sebagai orang beriman sekaligus warga masyarakat.
Bahwa kaum muda perlu diajak untuk menghayati dan memaknai perutusan. Bahwa sebagai elemen muda gereja penghayatan liturgi, Kitab Suci, dan hukum serta tradisi gereja perlu, namun menjadi lengkap jika terbangun relasi yang baik dengan masyarakat di mana ia hidup.
Bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati, hendaknya dipahami sebagai wujud dari konsep cross, yakni relasi vertikal dan horisontal.Bahwa,kalimat "pergilah ke semua bangsa dan baptislah dalam nama bapa, anak, dan roh kudus " perlu dimaknai sesuai dengan konteks sekarang dan dari kacamata anak muda.

Minggu, 02 November 2008

Membangkitkan Motivasi OMK




Anugerah potensi apa yang ada dalam diri Anda sebagai kaum muda?
Bagaimana anugerah potensi itu Anda optimalkan ketika bersama orang lain?
Bagaimana anugerah potensi itu menjadi daya motivasi Anda untuk berorganisasi?
Apa yang Anda cari dalam OMK?
Bagaimana anugerah potensi tersebut Anda perkaya dalam OMK?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut terungkap ketika Orang Muda Katolik(OMK) Wilayah Antonius,Paroki St.Bernadeth Ciledug Tangerang, mengadakan latihan kepemimpinan tingkat dasar selama dua hari (1-2 November 2008.Pertanyaan-pertanyaan itu diharapkan terjawab ketika proses latihan dengan menggunakan pola indoor dan outdoor.
Jawaban -jawaban tersebut diharapkan bukan hasil rumusan dalam proses debat, diskusi, rapat, atau ceramah yang mengantukkan dari narasumber. jawaban akan dicari dan ditemukan semua peserta yang berjumlah 61 (42 kelompok dewasa) dan 19 remaja) lewat pengalaman berdinamikan dengan tim ketika harus menyelesaikan game, permaianan menantang dalam semioutbound di lembah dan perbukitan taman Rumah Retret Canossa, Pondok Aren Tangerang.
Didampingi oleh Tim kami CENGKIR GADING mereka berproses menemukan jawaban tersebut.Kami hanya mendampingi, merekalah yang menemukan value-value itu.
Biarlah mereka menemukan potensi dirinya untuk memotivasi diri sehingga mampu memimpin diri sendiri dan mengelola diri dalam tim, seperti dikatakan Ketua Wilayah Antonius, Bp. Legius P. dalam sambutan pembukaannya.
Biarlahorang-orang muda ini sadar bahwa mereka adalah pribadi-pribadi yang mampu mengambangkan potensi dalam ikatan OMK dan mampu menyalakan lilin gereja yang berdaya pikat dan berdaya tahan.
Kegiatan ini baru tingkat dasar, maka tingkat lanjutnya lebih terfokus bagaimana mengelola sebuah organisasi termasuk OMK. dalam latihan lanjut akan digali dan dibangkitkan skill berorganisasi.Skill-skill tersebut antara lain: menganalisis SWOT, menyusun program kerja, menyusun proposal, menyusun laporan, teknik rapat, debat, public speaking, membuat dan mengelola surat menyurat, menyusun anggaran, analisis sosial, dan tentu untuk outdoornya digunakan pada materi yang lebih menantang. Tidak lupa tentu saja pengetahuan dasar liturgi perlu dipelajari, serta refleksi-refleksi yang tentu tidak lepas dari Teladan Sang Pemimpin sejati, yakni Yesus sendiri. Bukankah Ia adalah pribadi yang berdaya pikat dan berdaya tahan,m sehingga tetua-tetua agamapun kagum akan kecakapan-Nya dan para prajurit yang menyalibkan berujar sungguh orang ini anak Allah.
Tetapi semua itu berpulang kepada para anggota OMK. Apakah hanya akan berhenti di Canossa setelah itu hilang lepas tak berbekas? atau menjadi pemicu andrenalin keberanian untuk bertindak, cepat mengambil keputusan dan tahu bagaimana mengelola resiko, lebih fokus, memetakan berdasarkan kebutuhan bukan keinginan dengan perencaaan yang baik, bukan dadakan (ujug-ujug), berani evaluasi, dan tentu saja namanya ada kepengurusan ya koordinasi dengan agenda rapat pengurus, itupun perlu dijalani dengan adanya PROGRAM, dengan adanya program kerja, segalanya menjadi jelas akan ke mana. Program tidak usah banyak dan muluk-muluk.yang penting fokusnya jelas. (ya khan game-gamenya memberi gambaran jelas)SEMOGA

Rabu, 24 September 2008

BANGSA, BAHASA, DAN TANAH AIR INDONESIA

Sebuah pertanyaan, apakah gema Sumpah Pemuda -Berbangsa Satu, Bertanah air satu, dan Berbahasa satu, INDONESIA ini masih indah terdengar dan merasuk ke sumsum dan tulang bangsa Indonesia terutama kaum muda setelah 80 tahun dikumandangkan? indikator bahwa ke-satu-an INDONESIA memang masih tampak dengan sedikit meredanya tuntutan beberapa daerah untuk memisahkan dari NKRI setelah otonomi daerah diberlakukan, gema Agustusan yang masih terasa,semangat dan motivasi putra-putri terbaik yang membela merah putih di ajang olah raga, semakin mantapnya koordinasi dalam meningkatkan profesionalitas Bapak-Bapak Prajurit, penyelenggara dan pengelola sekolah yang tetap dengan kurikulum plus -tidak begitu saja membabi buta mengadopsi kurikulum luar negeri meskipun melabelkan sekolah bertaraf dan bersatandar internasional, dsb.
Namun di samping itu, dapat kita saksikan masih maraknya tawuran antar warga yang notabene bermukim bersebelahan, maraknya aksi-aksi penyerangan satu kelompok terhadap kelompok lain, mudahnya orang atas nama pribadi maupun kelompok melakukan intimidasi, penggusuran pemukiman -sah- demi pembangunan atas nama moderniasasi dan sentra bisnis atau menjadi pemukiman elit, tidak terselesaikan masalah ekonomi karena kurangnya pemerataan di berbagai bidang.

Senin, 15 September 2008

Model Pendampingan Kaum Muda


Apa yang menarik dari kaum muda? energik, semangat bergelora, berani, sekaligus mencari bentuk dan melampiaskan kenergikan dan bergeloranya semangat ke hal-hal yang kadang -kadang mengejutkan, bahkan terkadang mengkhawatirkan. Tidak jarang dalam gerakan dan perilakunya menimbulkan gesekan dengan kaum yang lebih tua (baca. kaum mapan)
menjadi persoalan ketika yang tua henak mengatur yang muda hendak berbuat yang terkadang keluar dari aturan baku yang diyakini oleh pihak kaum tua.
Namun, harus diakui pula bahwa kaum muda masih memerlukan pendampingan, bukan arahan atau perintah dalam melakoni segala apa yang ingin dilakukan. Kaum muda masih perlu dalam proses pematangan dirinya. Dan, kaum tuapun masih punya tanggung jawab terhadap kaum penggantinya kelak. Yang menjadi persoalannya adalah cara pendampingan tersebut yang kurang pas.Kekurangpasan tersebut ada pada hal-hal di bawah ini.
1. kaum tua merasa serba tahu
2. model pendampingan dengan gaya ceramah dan selalu memberi nasihat
3. kurangpahamnya bahwa sudah saatnya kaum muda didengarkan
4. belum sepahamnya terminologi tentang kreativitas, kaum muda menganggap kreativitas adalah bagian dari proses perkembangan, sedangkan kaum muda menganggap kreativitas adalah sebentuk keinginan yang tergesa-gesa, melanggar aturan, dsb.
salah satu ciri kaum muda, adalah kecenderungan pada budaya kolektivias. Mereka senang berkumpul, berkelompok. Kelompok-kelompok ini bisa bersifat formal maupun nonformal. bersifat normal jika berkumpul dalam wadah organisasi, dan non formla jika bersifat pertemanan.

Rabu, 18 Juni 2008

Kekerasan: edukasi versus habitus

Pada mulanya manusia diciptakan baik adanya.Baik dalam segala hal, termasuk dalam mebangun relasi antara Penciptanya (vertikal) dan bersifat transenden dan imanen, maupun dengan sesamanya (horisontal). Itulah makanya manusia adalah secitra dengan Sang Maha Karya. Relasi yang kethendak dibangun dengan sesamanyapun terus diupayakan baik karena adanya hubungan ketergantungan. Manusia satu dengan yang lalin saling membutuhkan. Itulah makanya manusia diciptakan sebagai homosocius.
Namun dalam perkembangannya, manusia merusak relasi tersebut (secara biblis) ketika jatuh dalam dosa akibat ketidak berdayaannya memahami hakikat diri karena provokasi setan. Da n ketika keturunan mereka saling bunuh (kisah Kain dan Habil) kekerasan pertama terjadi.Manusia bukan lagi homosocius tetapi menjadi homo homini lupus (manusia adalah serigala bagi yang lain).
Pada perkembangan selanjutnya ketika manusia semakin menyadari bahwa perlu adanya perkembangan diri dan lingkungannya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya, maka mulailah manusia belajar.Manusia belajar untuk bisa bertahan hidup, manusia belajar supaya dapat memecahkan persoalan dalam menjalani hidup yang mulai tersadari. mengapa dikatakan hidup yang mulai disadari? Manusia mulai mempertanyakan hakikat dirinya.
Namun dalam perkembangannya ketika manusia semakin pintar, mulailah ada sikap kompetitif dan berusaha untuk unggul satu dengan yang lain.